Oleh : Josep Maria Atentas dan Josu Egireun

‘Para mahasiswa Mexico dan kelompok seniman Tekpati Sin Fronteras memberikan penghormatan kepada Lee Kyung, petani Korea yang mengakhiri hidupnya sendiri dalam protes menentang WTO, dengan mengecat sebuah dinding. Mereka menulis : Di dalam air, kesabaran/di udara, ilusi/di bumi, harapan/di hari depan, hati kita.

KTT tingkat menteri WTO yang ke lima menghadirkan tantangan ganda bagi pergerakan melawan globalisasi neo-liberal. Pertama-tama, membawa KTT menuju kegagalan setelah bencana Seattle dan “sukses” Doha dan yang kedua, memperkuat koordinasi di kalangan pergerakan sosial, terutama setelah terbentuknya jaringan gerakan sosial di Porto Alegre pada tahun 2003 dan yang akan memperoleh pengalaman praktisnya yang pertama di Cancun setelah Forum Sosial Dunia.

Situasinya mengalami kontradiksi. Kurangnya konsensus dalam WTO sebelum KTT mengundang setan-setan Seattle pada pertemuan di Cancun dan konstitusi kelompok 21, yang diketuai oleh Brazil, yang menantang dominasi Amerika Serikat dan Uni Eropa, yang digerakkan oleh kondisi-kondisi yang menguntungkan bagi pergerakan. Tetapi sedikit orang yang melakukannya di Cancun, karena terpisah lokasinya dan karena terjadi konflik internal dikalangan pergerakan orang-orang Mexico, terekspresikan melalui Forum Petani dan Masyarakat Adat Internasional yang terpisah dengan Forum Rakyat terbatas bagi potensi pergerakan. Sebagian besar aktivis berasal dari Mexico, tetapi kehadiran para aktivis dari Amerika Utara, yang signifikan, terutama dari LSM dan kelompok-kelompok aksi langsung tanpa kekerasan dan juga delegasi 180 orang-yang kuat dari Korea Selatan, juga penting untuk disebutkan. Jumlah peserta Eropa sangat terbatas, hampir simbolis.
Dari pandangan umum, KTT WTO terjadi dalam konteks konjungture kontradiksi. Disatu pihak, kita menyaksikan krisis kapitalisme dan kebijakan neo-liberal yang meningkat – untuk mana waktu kelihatannya akan berakhir dan merangkak naik menuju perlawanan sosial. Tetapi, pada waktu yang bersamaan, kemenangan-kemenangan konkrit yang dicapai oleh gerakan-gerakan sosial pada tingkat nasional dan internasional masih sangat rendah. KTT juga mulai dengan orang-orang yang memiliki sensasi bahwa Irak dapat berubah menjadi rawa bagi mereka yang menyerbunya, walaupun sulit untuk percaya bahwa gerakan anti globalisasi dapat mengulangi pamer kekuatannya (show of forces) yang hebat seperti yang diperlihatkan pada tanggal 15 Februari.
Mobilisasi di Cancun menegaskan bahwa ada banyak pekerjaan untuk dilakukan dalam hubungannya antara prejuangan menentang peperangan dan kampanye-kampanye menentang kebijakan-kebijakan neo-liberal, walaupun kritik terhadap kebijakan neo-liberal berhubungan erat dengan logika perang dan salah satu alasan pokok menentang WTO adalah, memberikan jalan guna membebankan kekuatan ekonomi, militer dan politik kepada negara-negara di dunia lainnya.
Salah satu prestasi dari gerakan menentang globalisasi neo-liberal telah memicu terjadinya protes menentang pengumuman perang yang sangat besar yang pernah terjadi, tetapi sangat buruk dalam menerjemahkan potensi politik menentang peperangan kedalam bentuk mobilisasi sosial melawan kebijakan-kebijakan neo-liberal. Tahun-tahun kekalahan politik yang diderita oleh gerakan buruh dalam menghadapi kebijakan-kebijakan neo-liberal, dan juga kebijakan-kebijakan dominan dalam konfederasi-konfederasi serikat buruh yang terbentuk, masih berat sebelah. Tetapi ini bukan segalanya. Gerakan anti globalisasi tidak gagal mengusulkan sehari mobilisasi yang bersatu padu menentang WTO dan perang pada waktu berlangsungnya KTT Cancun, dan ada usaha-usaha pembubaran pada hari-hari terjadinya protes menentang WTO dan mobilisasi 27 September menentang invasi terhadap Irak dan Palestina. Secara umum, ada banyak kesulitan untuk memperkenalkan KTT Cancun dalam agenda-agenda politik dan agenda-agenda aktivitas gerakan sosial di setiap negara, dan untuk melibatkan sector-sektor yang melakukan memobilisasi guna menentang perang tetapi bukan bagian dari gerakan anti-globalisasi supaya bergabung.
Sekalipun demikian, lebih dari 20.000 orang menentang pertemuan di Cancun, ditambah sikap kelompok 21 yang tidak mau kalah, pada akhirnya berhasil mengalahkan tujuan-tujuan Uni Eropa dan Amerika Serikat selama KTT. Ini jelas merupakan kemenangan bagi gerakan, sebuah kemenangan yang akan menandai masa depannya baik di Mexico maupun di luar negeri, dan yang merupakan suntikan penting bagi kekuatan dan legitimasi moral dalam menentang FTAA pada KTT Miami bulan November.

KARAKTER CANCUN
Ada beberapa karakteristik dari mobilisasi Cancun. Yang paling penting adalah serbuan mendadak dari masyarakat adat dan kaum tani. Yang kedua, konteks di mana mobilisasi-mobilisasi itu dilakukan dan menjadi pendorong bermacam-macam perjuangan langsung dan radikal; dan ketiga peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam KTT.

LEDAKAN PETANI DAN MASYARAKAT ADAT
Mobilisasi di Cancun disalurkan melalui berbagai ruang organisasi : Forum Petani dan Masyarakat Adat di Seluruh Dunia, Forum Rakyat, Forum Perempuan Internasional, Forum Serikat Buruh Internasional yang diorganisir oleh buruh Merdeka Mexico, Kemah Pemuda oleh Mahasiswa dan Pemuda dari Mexico DF dan Chiapas, Indy media Center dan Forum Parlemen Internasional. Ada juga koordinasi pertemuan-pertemuan bagi gerakan sosial, terutama sekitar isu-isu perang, dan juga pertemuan-pertemuan jaringan Gerakan Sosial yang dibentuk di Porto Alegre. Selama satu minggu kegiatan-kegiatan ini menyediakan ruang-ruang pertemuan dan refleksi bagi banyak persoalan, walaupun dinamika mobilisasi riil berjalan di sekitar demonstrasi pada tanggal 10 September, terutama di bawah tanggung jawab gerakan dan protes-protes masyarakat adat dan kaum tani pada tanggal 13 September yang diartikulasikan terutama oleh serikat-serikat buruh merdeka dan kafilah-kafilah mahasiswa dan pemuda.
Persoalannya adalah telah terjadi ‘penyimpangan’ yang serius berkenaan dengan kedatangan dan kepergian kelompok-kelompok utama di Cancun, yang berarti tidak terjadi satu kali klimaks dalam protes-protes itu, tetapi dua kali – sekali pada tanggal 10 September yang kedua pada tanggal 13 September. Gerakan petani mengembangkan aktivitas-aktivitanya pada hari-hari pertama dan meninggalkan Cancun pada tanggal 10, sedangkan kelompok-kelompok Mexico seperti serikat buruh dan lain-lain, datang sebelum terjadinya protes tanggal 13 September atau pada hari itu juga. Para mahasiswa dan delegasi internasional tinggal di Cancun selama satu minggu penuh. Dari tanggal 9 – 13 September banyak inisiatif kecil (yang terkuat adalah pada tanggal 9 sebuah pawai yang diikuti 1000 pemuda menuju pagar yang ‘melindungi’ wilayah resmi) yang bertahan pada pertemuan puncak tersebut. Beberapa protes terjadi didalam gedung dimana KTT yang resmi diselenggarakan atau dalam lingkungan zona merah yang terbatas. Mereka itu merupakan mobilisasi di dalam gedung pertemuan yang melengkapi mobilisasi dan protes-protes massa yang ada diluar gedung. Aksi-aksi protes seperti itu dilakukan oleh LSM-LSM yang ternama pada Pusat Konvensi resmi sedangkan protes-protes lainnya, seperti blokade selama empat jam di jalan utama pada tanggal 12 September, terjadi justru diluar Pusat Convensi, yang diikuti oleh 150 aktivis.
Ruang organisasi yang paling relevan adalah Forum Petani dan Rakyat Adat Internasional. Ini sebagian karena perjanjian di bidang pertanian – yang sangat agresif terhadap komunitas kaum tani dan pertanian – merupakan kunci bagi perundingan-perundingan WTO. Tetapi yang lebih penting, gerakan petani dan masyarakat adat, yang ditunjukkan oleh V? a Campesina, bukan saja memiliki pemahaman politik yang benar terhadap fenomena itu, tetapi juga menjumpai tantangan yang kelihatannya tidak mungkin terjadi pada awalnya : memobilisasi 10.000 petani dan rakyat adat di Cancun guna menentang WTO dan pada waktu yang sama, menentukan sebuah proyek alternatif dan memperkuat aliansi antara gerakan-gerakan kaum tani dan rakyat adat.
Alternatif proyek ini didasarkan pada perlindungan kedaulatan pangan (food souvereignty), keragaman hayati (bio-diversity), dan sumber daya alam (tumbuh-tumbuhan, air dan tanah) sebagai warisan rakyat untuk manfaat kemanusiaan dan dalam berhubungannya dengan perjuangan kaum tani selama 500 tahun perlawanan rakyat adat terhadap perampasan tanah sampai saat ini. Aliansi ini terbuka bagi gerakan-gerakan sosial lainnya untuk bergabung. Melalui forum petanilah bahwa fron Zapatista, EZLN, menambah suaranya bagi mobilisasi Cancun lewat Comandante Esther, Comandante David dan Comandante Marcos. Ini merupakan partisipasi utama Zapatisme di Cancun, yang dianggap penting dari sudut pandang moral dan simbolis, tetapi kurang penting daripada yang diharapkan. Serbuan 10.000 petani tersebut dari masyarakat adat (rakyat jelata yang menempuh perjalanan lebih dari 40 jam menuju kemah yang tidak beratap) merupakan langkah penting dalam pengembangan gerakan, dan merupakan salah satu ciri tersendiri dari mobilisasi Cancun.

MOBILISASI-MOBILISASI : PERJUANGAN LANGSUNG, BERAGAM, RADIKAL, Demonstrasi pada tanggal 10 merupakan aksi besar yang pertama di Cancun. Demo itu dimaksudkan untuk memperlihatkan kebulatan tekad yang pantang mundur dari gerakan itu guna menggulingkan WTO yang sudah ‘terluka’ ketika tiba di Cancun. Kira-kira 10.000 orang – yang sebagian besar dari mereka adalah kaum tani – berpawai dari Casa de la Cultura sampai ke ‘nol kilometer’ – titik permulaan dari satu-satunya jalan yang menuju wilayah perhotelan bagi turis yang eksklusif dengan pagar dari besi baja dan pintu gerbang terlarang untuk mencegah masuknya para demonstran. Begitu mendekati pagar, usaha yang gigih lusinan tangan, yang diawali dan dipimpin oleh petani Korea, dengan sukses mematahkan pagar kemudian memperlihatkan kebulatan tekad rakyat tersebut dalam aksi terbesar yang pertama selama KTT tersebut. Peristiwa itu tidak didorongkan lebih jauh lagi karena hal itu akan berubah menjadi perkelahian antara rakyat dan polisi, dan itu bukanlah merupakan tujuan dari aksi. Itulah V ? sebuah arti Campasina (kemenangan) dan mereka mengorganisir mundurnya demonstrasi itu dengan teratur.
Faktor yang menentukan dan dramatis dalam aksi pada hari itu adalah bunuh diri yang dilakukan oleh Lee Kyung Hae. Sebagai pemimpin kaum tani dari Federasi Tani Maju Korea, (sebuah organisasi moderat) yang pada tahun 1985 diterima sebagai ‘petani universal’ oleh pemerintah Korea dan FAO, kematian Lee memiliki arti simbolis. Sebuah kematian yang terprovokasi oleh keputusasaan karena kebijakan-kebijakan WTO, sebuah WTO, seperti yang diperlihatkan oleh poster-poster dan bendera mulai saat itu dan seterusnya, ‘membunuh petani’. Kematiannya mempercepat terjadinya mobilisasi dan, mulai saat itu, berbagai macam markas aktivitis kian menggelembungkan lahirnya diskusi-diskusi dan proposal-proposal.
Apa yang akan dilakukan kemudian ? Bagaimana cara melakukannya ? Apa tujuannya? Selama dua hari berturut-turut beberapa peristiwa terjadi untuk mengenang saudara Lee, di nol-kilometer (diberi nama kembali Kemah-Lee, karena disitu menjadi tempat perkemahan bagi delegasi masyarakat sipil Korea) dan di Casa de la Cultura – dimana Gerakan Petani dan Masyarakat Adat terlindungi dan juga aksi-aksi protes dalam Convention Center tempat diadakannya KTT.
Kematian Lee sangat mempengaruhi pengorganisasian pawai pada tanggal 13, walaupun kenyataan bahwa sebagian besar petani tidak dapat tinggal di Cancun sampai tanggal itu. Cara dimana gerakan menghadapi tindakan pada tanggal 13 – baik V? Campesiana maupun mahasiswa dan kelompok-kelompok aksi langsung adalah jelas. Ingat bahwa peristiwa-peristiwa pagar baja dan kematian Lee memungkinkan terjadinya akumulasi modal politik yang tidak perlu diboroskan oleh resolusi yang ambigu atau keliru tentang karakter protes pada tanggal 13. Pada waktu yang sama, jelaslah bahwa demonstrasi pada tanggal 13 bukan melulu pawai yang berakhir dengan pidato-pidato. Seperti dikatakan Paul Nicholson dari V? Campesina, usaha itu untuk melakukan memobilisasi “yang akan mengarahkan sebuah lompatan kualitatif kedepan yang berkaitan dengan aksi pada tanggal 10, yang dapat mengirimkan pesan politiknya yang kuat dan yang dapat memperlihatkan kemarahan rakyat yang terkendali atas kematian Lee, tetapi yang tidak akan berubah menjadi kekerasan supaya tidak kehilangan modal politiknya yang telah terakumulasi”.

AKSI LANGSUNG YANG EFEKTIF
Kesepakatan berikutnya tercapai: demonstrasi itu akan sampai pada nol kilometer, dimana akan diadakan pertemuan terakhir dengan pidato-pidato. Sesudah itu, mereka yang ingin berpawai menuju pagar (yang sudah diperkuat dan digeser 100 meter kedepan, oleh polisi, dalam wilayah hotel setelah aksi tanggal 10 September) bersama dengan delegasi Korea dan mencoba mencabut pagar itu dengan bantuan tali. Mereka yang tidak berpawai bersama delegasi Korea menuju pagar diminta tinggal di nol kilometer untuk menunjukkan solidaritasnya. Juga disepakati bahwa perempuan akan berdiri pada baris pertama, sambil membawa telur untuk dilemparkan kearah polisi dan dengan misi untuk menghentikan setiap orang yang ingin melempar batu. Mereka hanya akan minta pertolongan jikalau mereka tidak dapat mengendalikan situasi. Blok Hitam bertanggung jawab terhadap keamanan. Mereka telah menyepakati proyek mobilisasi dalam rapat persiapan dan menyatakan kebulatan tekad mereka guna mencegah infiltrasi ke dalam barisan mereka selama demonstrasi.
Demontrasi itu menghimpun kira-kira 10.000 orang, tetapi dengan komposisi yang berbeda dengan demonstrasi pada tanggal 10 September. Petaninya lebih sedikit tetapi banyak pemuda dan mahasiswa. Ada juga delegasi yang kuat yang berasal dari Serikat Buruh Demokrasi dan Merdeka dari Mexico, terutama Serikat Buruh Kelistrikan, dan juga beberapa wakil dari Fron Kerja Otentik dan organisasi-organisasi buruh lainnya.
Sekali demonstrasi itu sampai pada titiknya yang terakhir, aksi di depan pagar itu bekerja dengan sempurna. Dengan melakukan usaha-usaha yang gigih, pagar besi baja ganda elasan itu dipatahkan oleh tiga buah tali besar yang ditarik oleh ratusan orang. Sesudah itu, penghormatan terhadap Lee Kyung dilakukan disisi lain dari pagar tersebut, di hadapan barisan polisi yang kuat, tanpa ada bentuk provokasi atau masalah-masalah lain. Simbol-simbol WTO dan bendera Amerika Serikat dibakar di tempat itu.
Aksi ini merupakan ekspresi yang bagus dari apa itu yang namanya aksi langsung – sebuah aksi yang menggabungkan mobilisasi massa dan bukan menekankan kerusakan phisik yang ditimbulkan oleh aksi, tetapi efek politik. Orang dapat berkata bahwa memahami kenyataan ini, dengan menentukan elemen mana yang menimbulkan perbedaan politik, dan menjamin penutupan pawai secara terorganisir merupakan prestasi penting pada hari itu.
Aksi itu terjadi dalam konteks politik yang sangat istimewa, yang ditandai oleh otoritas moral dan kepemimpinan delegasi Korea dan gerakan petani berjalan setelah kematian Lee, yang memungkinkan terciptanya komunitas kepentingan diantara bermacam-macam sektor yang ikut serta dalam mobilisasi tanggal 13 September. Fakta-fakta diatas bersama dengan cara kerja V? a Campesina dan kelompok-kelompok aksi langsung tanpa kekerasan, memungkinkan terbentuknya dialog terbuka antara semua sektor yang terlibat dalam aksi, dengan menghindarkan friksi dan problem-problem diantara mereka. Satu-satunya mata rantai yang lemah adalah kurangnya integrasi dan partisipasi serikat-serikat merdeka Mexico dalam aksi setelah demonstrasi, yang mereka rasakan tidak peduli pada mereka, barangkali karena kurangnya diskusi sebelumnya.
Turut sertanya serikat-serikat buruh merdeka Mexico di Cancun, lepas dari kehadirannya selama demonstrasi pada tanggal 13, dapat dilihat dalam pengorganisasian Forum Serikat Buruh Internasional yang diikuti kira-kira 300 peserta. Ada juga forum-forum serikat buruh lainnya seperti “suara-suara Selatan terhadap solidaritas Utara-Selatan yang nyata” yang diorganisir oleh Brazil’s Cut, COSATU dari Afrika Selatan dan KCTU dari Korea Selatan, ditambah Serikat Buruh Global dari ICFTU (Konfedarasi Internasional Serikat Buruh Bebas) yang belakangan memiliki orientasi moderat dan logika internasional yang berbeda dari sebagian aktivitas-aktivitas yang menentang pertemuan puncak (KTT).

TANTANGAN-TANTANGAN BAGI KOORDINASI GERAKAN
Walaupun banyak kesulitan, mobilisasi dijalanan dan didalam gedung pertemuan bersama dengan ketetapan hati dan kebulatan tekad Kelompok 21 akhirnya gagalkan KTT Menteri yang kelima. Itu bukan berarti kematian WTO, tetapi memaknai kemenangan penting bagi pergerakan, walaupun sulit diramal, pengaruhnya pasti akan dirasakan dalam pergerakan. Organisasi-organisasi serikat buruh, Rakyat Adat dan Petani telah berekspresi pada tanggal 14, hal yang sama tak akan terjadi sesudah Cancun, dengan merujuk pada tingkat dialog dan pengertian yang mereka capai, atau, bila anda berharap, sampai taraf dimana mereka terbelah satu sama lain. KTT FTAA di Miami bulan November yang akan dating akan menjadi percobaan berikutnya bagi gerakan di benua Amerika.
Tetapi agar bisa membangun harapan masa depan kita perlu menghubungkan dan mengokordinasikan perjuangan kita, dan selama pertemuan Forum Sosial Dunia terakhir di Porto Alegre terbentuklah sebuah Jaringan Global Gerakan Sosial. Jaringan global itu dilahirkan di Cancun. Apa penilaian kita? Pelajaran apa yang dapat ditarik dari pengalaman Cancun?
Selama pertemuan jaringan yang pertama di Cancun pada tanggal 8 September, kesulitan menerjemahkan aktivitas jaringan ke dalam dinamika dan komitmen praktis menjadi jelas, dan juga sedikit wakil internasional yang tiba di Cancun dari gerakan yang terikat dengan jaringan. Kedua factor ini cenderung memperlemah kerja praktis koordinasi dan artikulasi selama pertemuan puncak (KTT). Perlunya artikulasi tingkat global-lokal yang lebih baik, dan perlunya menghubungkan dan mengkoordinasikan secara lebih baik perjuangan lokal dan nasional yang bermacam-macam pada tingkat internasional juga ditunjukkan sebagai tujuan yang perlu. Kegiatan jaringan pada peristiwa semacam ini sebaiknya dibatasi sampai pertemuan-pertemuan diantara mereka yang kebetulan hadir, tetapi sebaliknya lebih baik memfokuskan pada pembangunan proses dan gerakan yang terikat pada pencapaian tujuan dengan cara yang lebih stabil, baik pada tingkat internasional maupun lokal.
Situasi spesifik di Cancun, di mana bermacam-macam gerakan di Mexico sedikit melakukan kontak satu sama lain, pada secara substansial memperlemah artikulasi dan koordinasi gerakan-gerakan sosial, walaupun ada usaha-usaha dari gerakan internasional dan tim Brazil pada sekretariat jaringan gerakan sosial, yang mencoba bertindak sebagai elemen pemersatu pada ruangan bangsa Mexico yang bermacam-macam dan merangsang terciptanya rapat-rapat koordinasi harian guna merencanakan pekerjaan. Problem-problem ini perlu dicatat untuk digunakan pada peristiwa-peristiwa yang akan datang, dan untuk mencoba mencari jalan dalam memperkuat dan memperkokoh kerja jaringan gerakan sosial diantara KTT-KTT, agar memperoleh komitmen yang lebih kuat dan artikulasi yang nyata di kalangan pergerakan. Bagaimanapun juga, pertemuan-pertemuan gerakan sosial menghasilkan pernyataan bersama, yang mengandung fakta positif.

PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK MASA DEPAN
Akhirnya, ada tiga pertanyaan lagi dalam kaitannya dengan WTO yang perlu direfleksikan dalam melihat masa depan.
Pertama orang harus bekerja dengan dialektika antara gerakan sosial dan pemerintah negara-negara yang berdiri menentang pendiktean dari negara-negara besar yang kuat dalam WTO. Gerakan sosial bukannya acuh tak acuh terhadap aksi-aksi dan sikap-sikap pemerintah negara-negara peserta KTT, dan referensi terhadap sikap mereka dan dukungan terhadap blok yang mereka bentuk selama pertemuan puncak telah menjadi elemen struktural bagi perjuangan, seperti yang disaksikan dengan jelas di Cancun. Sampai saat ini persoalan itu telah dipecahkan secara memuaskan : dukungan terhadap negara-negara, tetapi mempertahankan kemerdekaan politiknya dengan jelas. Ini berarti kita tidak mendukung agenda mereka, yang dalam hal ini menghendaki perdagangan yang lebih bebas tetapi dengan bermacam-macam persyaratan. Sekalipun demikian, beberapa sektor pergerakan tidak mempunyai sikap yang jelas, seperti yang terlihat nyata pada saat KTT pembangunan berkelanjutan di Yohannesburg dengan proposal yang diajukan oleh Oxfam, yang dikritik secara jitu oleh Vandana Shiva dan Walden Bello.
Kedua, setelah mengalahkan KTT tingkat Menteri kelima, pertanyaan yang timbul : mau apa sekarang? Bagi kekuasaan-kekuasaan besar, alternatif terhadap multilateralisme WTO yang macet adalah kesepakatan-kesepakatan bilateral yang membiarkan negara-negara berkembang dan negara-negara terbelakang dalam posisi yang sangat lemah. (Sebuah teladan yang tepat adalah Rencana Brady yang menyebabkan jatuhnya fron bersatu melawan utang luar negeri ketika perundingan-perundingan berubah menjadi transaksi bilateral). Jadi pentinglah memperkuat mobilisasi melawan perjanjian dagang bebas bilateral, baik di dalam kekuasaan negara-negara besar maupun di negara-negara miskin, dengan tujuan melakukan koordinasi yang lebih baik bagi perjuangan dan perlawanan.
Masalah ketiga adalah bahwa gagalnya Cancun bukan berarti kematian WTO, bukan berarti pula bahwa kita telah menciptakan kondisi-kondisi untuk memulai berbicara tentang model organisasi multilateral lainnya. Kegagalan ini tidak menyentuh program Doha (tentang GATS, dll) yang batas terakhirnya (deadline) adalah tahun 2005, dan kita harus berusaha keras untuk menggagalkannya. Deklarasi-deklarasi seperti yang dibuat oleh Komisaris Eropa Pascal Lamy yang menghendaki model perundingan-perundingan lain yang tidak terlalu ‘demokratris’ dapat dilakukan sebagai peringatan terhadap posisi-posisi yang jauh lebih agresif dari negara-negara besar dalam waktu dekat.
Kegagalan WTO merupakan sebuah prestasi penting bagi gerakan perlawanan terhadap globalisasi neo-liberal. Ada dua kalimat yang diulangi oleh setiap orang pada tanggal 14 September di Cancun :”Kita berhasil” dan “Ini adalah sebuah kemenangan bagi kemanusiaan”.. Sekalipun demikian, ini hanya sebuah langkah dalam suatu jalan di mana masih banyak hal yang harus dilakukan, dan dalam mana kita sedang berpacu dengan kebijakan-kebijakan neo-liberal. Itulah sebabnya mengapa kita sekarang menghadapi tantangan ganda : memperkuat dan menumbuhkan gerakan (dengan memperbesar krisis kebijakan-kebijakan neo-liberal dan membangun aliansi-aliansi diantara gerakan sosial) dalam waktu yang minimun, dan mempercepat koordinasi dan artikulasi kita. Bukan di atas kertas, tapi dalam kenyataan. Inilah satu-satunya jalan di mana masa depan dapat diubah menjadi harapan.

? Josep Maria Antenas (Catalonia) dan Josu Egireun (Basque Country) adalah anggota staf Editorial ‘Viento Sur! Artikel ini pertama-tama diterbitkan di Viento Sur n? 70 www.vientosur.info diterjemahkan oleh Alberto Villareal.